Sabtu, 28 November 2015

JAWABAN 'AMIN' SAAT KOMUNI

Untuk menjawab penting atau tidak dalam mengucapkan kata “Amin” saat menerima komuni, perlu dijelaskan makna kata itu. Kata “Amin” berasal dari kata bahasa Ibrani, yang berarti semoga demikian, sungguh demikian. Dalam Perjanjian Lama, kata ini, digunakan untuk mengungkap persetujuan, juga untuk mengungkapkan pengukuhan. Dalam Perjanjian Baru kata “Amin” digunakan untuk mengungkapkan persetujuan dalam upacara ritual (liturgi). Gereja menggunakan kata “Amin” untuk menyatakan makna semoga demikian adanya; atau demikian hendaknya; atau mengungkapkan persetujuan; memang begitu adanya; pasti, atau sudah tentu. Kata Amin masuk dalam peribadatan kristen, melalui peribadatan Yahudi, sebab, ibadat Yahudi sudah menggunakan jauh sebelumnya.

Selanjutnya, ketika Imam, atau Akolit (Asisten Imam) menerimakan komuni, atau tubuh Kristus, ia menaikkan hosti di hadapan penerima sambil mengatakan, “Tubuh Kristus”, lalu roti disambut penerima sambil menyatakan “Amin”. Arti jawaban “Amin” yang dinyatakan penyambut “ya, saya setuju, ini memang Tubuh Kristus bagi saya”. Jawaban itu perlu sebab, seseorang bukan saja sedang mengungkapkan persetujuannya, namun dengan itu orang memberikan kesaksian kepada orang lain tentang imannya terhadap sesuatu yang sedang dilakukan.

Setiap kesaksian selalu memerlukan bentuk lahir, jika itu hanya di dalam hati, namanya bukan kesaksian. Nada, cara, volume, atau gaya seseorang dalam menuturkan kata-kata sering mengekspresikan sikap batin seseorang. Orang yang menyatakan ketika menyambut tubuh Kristus “Amin” dengan mantap, jelas dan tegas, diharapkan itu mencerminkan sikap batin terhadap Tubuh Kristus yang diimani. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan, betapa perlu dan pentingnya menjawab “Amin” saat menerima Tubuh Kristus.

Salinan dari “Sorot Mencor - 14 Juni 2015”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar